Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!


Dahulu kala, di sebuah negeri di Maroko hiduplah seorang putri Bangsawan bernama Latifa. Meskipun ia seorang putri, ia bernasib malang, karenya kedua matanya buta sejak ia dilahirkan. Sehingg, latifa terkucil dari pergaulannya. Aktifitas sehari-hari latifa hanyalah duduk bersedih di taman, kesepian, sambil merenungi penderitaannya. 


Pada Suatu Sore yang indah, Latifa mendengar suara seorang pemuda yang sedang menyanyhi dari balik tembok taman. Latifa begitu terpikat dengan suara merdu itu. Lagu yang dinyanyikannya pun sangat indah. Ia mendengarkannya dengan terkagum-kagum. 


"Ayah, tahukah siapa yang sedang bernyanyi itu?" tanya latifa kepada Syari, ayahnya. 


"Ah, itu kan, hanya pemusik jalanan yang biasa mengamen di pasar," jawab Syarif. 


Tetapi suaranya sangat merdu, Ayah. Kalau ayah tidak keberatan, aku ingin mendengarnya bernyanyi di depanku," pinta Latifa penuh harap. 


"Baiklah anakku, aku akan mengundangnya kemari," sahut Syarif. 


Latifa pun melonjak kegirangan. Ia sangat gembira mendengar jawaban ayahnya yang akan mengabulkan permintaannya. Ia tidak sabar menunggu kedatangan pemusik jalanan itu. 


Pemuda itu bernama Harun. Ketika Harun memasuki taman tempat Latifa berada, budak-budak Syarif terkesima melihat ketampanannya. 


"Izinkan aku menyanyi untukmu, Latifa," Ucap Harun sopan. 


"Silahkan, Aku akan sangat senang mendengarnya," jawab Latifa sambil tersenyum. 


Sambil duduk di depan Latifa, Harun pun mulai menyanyikan sebuah lagu tetang kasih Allah. 


Latifa merasa takjub mendengar alunan suara Harun. Raut wajah Latifa yang biasanya murung, seketika berubah ceria. 


Ketika nyanyian Harun sampai pada lirik yang menggambarkan kekuasaan Allah, tiba-tiba terjadi keajaiban. Mata Latifa yang buta itu terbuka dan langsung melihat wajah Harun yang tampan. 


"aku bisa melihat!" pekik Latifa gembira. 


Semua orang yang hadir disana begitu terkejut. Mereka segera bersyukur dengan kesembuhan mata Latifa. 


"Allah Maha Besar!" ucap mereka berkali-kali. 


"Wahai Harun, melalui dirimu, Allah telah menyembuhkan putriku, Latifa. Aku akan sangat gembira jika kamu menikahinya," harap Syarif. 


"Tetapi, aku hanyalah seorang pemusik jalanan Tuan," kata Harun merendah. 


"Tidak masalah, ini adalah hadiah, tanda terima kasihku kepadamu," sahut Syarif. 


harun yang memang telah terpesona dengan kecantikan Latifa menyambut baik tawaran itu. Harun juga membuka jati dirinya. Sebenarnya ia adalah seorang putra tertua Raja Telifet yang sedang menyamar untuk mencari istri. 


Akhirnya, Harun dan Latifa menikah. Pesta pernikahan mereka diselenggarakan dengan meriah di taman itu. Harun dan Latifa hidup bahagia hingga anak cucu mereka.